SELAMAT DATANG

Tuesday, December 20, 2011

SEJARAH PENEMUAN METODE PRAKTIS BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN


SEJARAH PENEMUAN METODE PRAKTIS BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN
“METODE QIRAATI”
Sejarah penemuan dan penyusun metode baru, yakni Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an “Qiraati” membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan dan uji coba selama bertahun-tahun. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majelis pengajaran Al-Qur’an di musholla-musholla, di masjid-masjid maupun majelis tadarus Al-Qur’an. Dari hasil pengamatan dan penelitian ini beliau mendapatkan masukan-masukan dalam penyusunan metode Qiraati, dimana hal-hal yanng dirasa perlu dan penting untuk diketahui dan dipelajari anak-anak beliau tulis, beserta contoh-contohnya yang kemudian di uji cobakan kepada anak didiknya. Sehingga dengan demikian penyusunan Metode Qiraati ini bukan berupa satu paket buku sekali jadi dari hasil ‘otak-atik akal’, melainkan dari hasil pengamatan, penelitian dan percobaan, sehingga Metode Qiraati ini mempunyai gerak yang dinamis sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan.
1.        AWAL MENGAJAR NGAJI
Bermula dari panggilan hati Bapak Dachlan Salim Zarkasyi sebagai seorang muslim untuk mengajar ngaji (membaca Al-Qur’an) kepada anak-anaknya sendiri dan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Beliau mulai mengajar ngaji ini pada tahun 1963. Pada saat itu beliau mengajar dengan menggunakan Kitab Turutan (Metode / Kaidah Baghdadiyah) sebagaimana umumnya guru-guru ngaji di Indonesia. Namun ternyata dalam mengajar dengan Kitab Turutan ini beliau merasa kesulitan sehingga tidak diperoleh hasil yang memuaskan. Dimana anak cenderung hanya sekedar menghafal dan tidak faham masing-masing huruf,sehingga anak tidak membaca sendiri, tetapi harus dituntun dalam membaca Al-Qur’an.
Dari rasa tidak puas dengan Kaidah Baghdadiyah yang diajarkan dengan cara dituntun ini, timbul gagasan pemikiran di benak beliau bagaimana cara mengajarkan Al-Qur’an dengan cara yang lebih mudah dan berhasil dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil. Untuk itu membeli buku-buku yang katanya praktis dan memudahkan orang belajar membaca Al-Qur’an, untuk diajarkan kepada anak didiknya. Namun setelah dipelajari tidak ada satupun buku yang dipergunakan untuk mengajar, karena dalam buku-buku tersebut hanya diajarkan sekedar bisa membaca huruf Al-Qur’an dengan bacaan tartil. Dan yang lebih merisaukan beliau adalah contoh-contoh yang diberikan menggunakan bahasa jawa ataupun bahasa Indonesia, bukan dengan bahasa Arab ataupun bahasa Al-Qur’an.
Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang sudah ada sebelumnya.

2.        AWAL PENYUSUNAN METODE QIRAATI
Dengan dorongan keinginan hati untuk mengajarkan Al-Qur’an dengan baik dan benar, serta dengan keberanian yang didukung oleh inayah dan hidayah Allah, Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi mulai mencoba menyusun dan menulis sendiri metode yang dikehendakinya itu. Yakni metode yang berhasil dalam mengajar membaca Al-Qur’an yang sekaligus mudah dan disukai anak-anak.
Supaya anak-anak mudah membaca dan betul-betul mengerti serta faham, maka oleh beliau dicobalah menulis pelajaran dengan bacaan “bunyi” huruf Hijaiyyah yang sudah berharakat “fathah”. Dalam palajaran ini anak tidak boleh mengeja, misalnya Alif fathah A, BA fathah BA, tetapi langsung membaca bunyi huruf yang sudah berharakat fathah tadi, seperti : اَ - بَ - تَ  ---A----BA----TA--- dan seterusnya. Agar anak bisa membaca dengan baik dan benar, maka sejak awal sekali anak sudah diharuskan membacanya dengan lancar, cepat dan tepat, tanpa ada salah dalam membaca. Dengan demikian secara tidak langsung anak harus mengerti dan faham masing-masing huruf Hijaiyyahnya.
Demikianlah, dengan penuh kesabaran dan ketelitian, sehuruf demi sehuruf beliau coba untuk diajarkan  kepada anak didiknya walaupun nampaknya lambat, tetapi anak-anak betul-betul dan faham. Agar anak terlatih dan dapat membaca dengan benar, maka setiap contoh bacaannya diambilkan dari kalimat-kalimat Al-Qur’an juga kalimat-kalimat bahasa Arab. Setelah anak-anak lancar membaca huruf-huruf Hijaiyyah yang berharakat fathah, kemudian dicoba dengan huruf-huruf yang berharakat kasrah dan dhummah. Demikian pula dengan huruf-huruf yang berharakat fathah tanwin, kasrah tanwin dan dhummah tanwin.
3.        PELAJARAN BACAAN MAD DAN BACAAN PANJANG
Sebagai seorang pedagang,  Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi sering berkelana mengunjungi beberapa kota di Indonesia untuk memasarkan atau mengambil barang dagangannya. Biasanya pada kesempatan seperti ini beliau manfaatkan untuk mengamati cara-cara yang digunakan oleh guru-guru ngaji di mushola, ataupun di masjid-masjid. Ternyata, dari semua kota yang sering beliau kunjungi ditemukan keadaan yang cukup memprihatinkan dalam pengajaran Al-Qur’an, guru ngaji menanamkan pelajaran yang salah; yakni mengeja dan menghafal. Juga dalam bacaan madnya banyak yang rusak (salah). Seperti, misalnya anak-anak membaca panjang yang semestinya harus dibaca pendek, begitu pula sebaliknya anak-anak membaca pendek yang semestinya dibaca panjang.
Dari penelitian beliau, ternyata anak-anak kurang ‘matang’ dalam belajar bacaan madnya,  disebabkan karena gurunya kurang waspada dalam mengajarkan bacaan mad ini. Melihat keadaan seperti ini, beliau menganggap pentingnya pelajaran bacaan mad bagi anak didiknya, yakni pelajaran bacaan Mad Thobi’i. Malam harinya beliau menyusun dan menulis pelajaran mad ini, kemudian besok sorenya dicobakan kepada anak didiknya. Manakala anak didiknya tidak mampu atau tidak faham atau tidak mengerti, maka kertasnya disobek-sobek. Dengan penuh kesabaran beliau mencobanya lagi dengan memberi contoh yang lebih mudah. Jika anak didiknya dapat menerima dan mengerti sehingga dapat membacanya dengan baik dan benar, maka kertas-kertasnya dikumpulkan. Demikianlah, beliau terus menulis dan menyusun pelajaran semua bacaan-bacaan mad thobi’i beserta contoh-contohnya. Contoh-contoh ini diambilkan dari Al-Qur’an dan dari kamus bahasa Arab, agar contoh-contohnya tidak salah, maka contoh-contohnya itu ditashihkan kepada ‘ulama yang ahli bahasa Arab dan Al-Qur’an.
Akhirnya tersusunlah pelajaran bacaan mad, yang diawali dari fathah diikuti alif,fathah berdiri (fathah panjang), kasrah diikuti Ya sukun, dhummah diikuti wawu sukun, serta kasrah berdiri (kasrah panjang) dan dhummah terbalik (dhummah panjang).
                                 
4.        EMPAT SERANGKAI HURUF SUKUN
Hampir bersamaan dengan awal penyusun Buku Qiraati pada tahun 1963 itu, Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi bersama sahabatnya Ustadz Abdul Wahid membentuk jamaah Mal-Jum (Malam Jum’at), yakni jamaah tadarus Al-Qur’an untuk orang-orang dewasa.
Suatu ketika saat bertadarus Al-Qur’an pada jamaah Maljum, beliau mendengar beberapa orang membaca huruf  “Lam Sukun” salah. Ada yang membacanya dipanjangkan (ditahan lama lam sukunnya), ada pula yang membaca menggantung atau ‘tawallud’ sehingga terdengar bunyi ‘e pepet’ (dalam bahasa jawa), seperti Al-le, Allll......... Melihat keadaan yang demikian, timbul pemikiran bahwa bacaan “Lam Sukun” perlu yang penting untuk diajarkan kepada anak-anak. Kemudian beliau mencoba menulis dan menyusun pelajaran “Lam Sukun” ini. Dalam penyusunan ini ternyata tidaklah mudah yakni lam sukun yang dibaca jelas dan tegas. Namun dengan penuh kesabaran dan ketelitian, akhirnya tersusunlah juga pelajaran “Lam Sukun yang dibaca jelas dan tegas”, yang kemudian sekaligus dirangkaikan dengan pelajaran bacaan “Al Qomariyyah”. Pelajaran bacaan Al Qomariyyah diberikan dengan tujuan untuk melatih anak membaca sambil melihat huruf-huruf yang akan dibaca di sebelahnya (disampingnya).
Setelah berhasil dengan Lam Sukun, beliau mencoba dengan huruf-huruf yang lainnya. Secara kebetulan beliau mencoba dengan huruf “Sin Sukun”, ternyata tanpa kesulitan anak-anak langsung dapat membaca dengan mudah. Maka ditulislah contoh-contoh bacaan yang ada huruf Sin Sukunnya. Di tengah-tengah pengenalan huruf-huruf sukun ini, beliau menyusun pelajaran “Harfu Liin” (bacaan fathah diikuti Ya atau wawu sukun). Hal ini sangat penting untuk diajarkan untuk kesungguhan, karena banyak orang yang membaca Al-Qur’an bersuara AO dan AE bukan bersuara AU dan AI, dan agar anak dapat membedakan bacaan Harfu Liin dengan bacaan Mad.
Selanjutnya percobaan dengan huruf-huruf sukun ini dilanjutkan. Secara kebetulan pula beliau mencoba huruf “RO Sukun”, ternyata dengan sangat mudah anak-anak dapat membaca dengan lancar. Begitu pula dengan mencoba huruf “Mim Sukun” ternyata tidak menemui kesulitan pula. Sekalipun ada maksud untuk mencoba huruf sukun yang lain, ternyata dengan empat huruf sukun ini anak sudah dapat membaca sendiri huruf-huruf sukun yang lainnya. Sehingga pelajaran huruf-huruf sukun yang beliau tulis hanya “Empat Serangkai Huruf Sukun” saja, yakni Lam Sukun, Sin Sukun, Ro Sukun, dan Mim Sukun. Sehingga huruf-huruf sukun tadi secara otomatis anak-anak telah dapat membaca huruf-huruf sukun yang lain.

5.        SATU MALAM SATU RAHASIA
Sebagaimana manusia umumnya, suatu ketika kreativitas Bapak H.Dachlan Salim Zarkasyi terhenti tidak ada inspirasi manakala tidak mengetahui apalagi yang harus diperbuat selanjutnya. Perasaan ini beliau rasakan pada saat ada keinginan untuk mencari dan menyusun pelajaran yang akan diberikan kepada anak didiknya selanjutnya. Seperti akal dan fikirannya buntu tidak bisa menemukan jawaban. Namun, jika Allah menghendaki semuanya akan menjadi mudah. Untuk menenangkan fikiran dan hati yang risau, beliau mendengarkan dan mengamati anak-anak yang sedang belajar ngaji di salah satu kota semarang. Satu persatu anak itu beliau perhatikan dengan mendengarkan bacaan mereka. Namun sampai anak yang terakhir, tidak ada satupun bacaan yang benar, yakni bacaan tartil menurut kaidah ilmu tajwid. Hasil pengamatannya ini beliau sampaikan kepada guru ngaji anak-anak tadi, “Mengapa tidak ada satupun anak-anak tadi yang membaca tartil?” namun jawaban sungguh mengagetkan baliau, “saya tidak sanggup untuk mengajarkannya dengan membaca tartil. Biarlah cukup anak-anak bisa membaca Al-Qur’an dulu, nanti kalau sudah khatam dan diajari ilmu tajwid, tentu mereka akan mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil dengan sendirinya”. Mendengar jawaban dari seorang guru Al-Qur’an seperti itu, jalan fikiran beliau tidak bisa menerimanya. Apakah mengajar bacaan tartil itu sulit? Jika sulit, sulitnya dimana? Jika jawaban seorang guru ahli Al-Qur’an demikian itu, lalu bagaimana dengan guru-guru ngaji yang bukan ahli Al-Qur’an? Kenyataannya memang demikian, mana mungkin dapat menghasilkan bacaan tartil jika tidak belajar ilmu tajwid.
Perasaan dan fikiran beliau menjadi galau dan resah atas jawaban itu, bahwa “mengajar tartil itu sulit”, sehingga terbawa dalam tidur beliau pada malam harinya. Suatu ketika antara tidur dan jaga pada malam itu, atas petunjuk ilham dari Allah, terpampang dihadapan beliau kunci pelajaran bacaan-bacaan tartil yang harus diajarkan, yakni dimulai dari “Nun Sukun” yang dibaca dengung (yang dalam ilmu Tajwid dinamakan bacaan Ikhfa). Sungguh suatu petunjuk Allah yang sangat luar biasa. Malam yang luar biasa penuh rahasia, kata Bapak H. Dachlan Salim Zakarsyi. Esok harinya beliau mulai menulis dan menyusun pelajaran Nun Sukun yang semalam beliau temukan. Kemudian sorenya beliau uji cobakan dengan anak didiknya, ternyata dengan mudah anak-anak mampu mempelajari dan membacanya dengan baik dan benar sesuai yang dikehendaki oleh beliau. Setelah berhasil dengan Nun Sukun, beliau mencoba dengan tanwin, yang suaranya sama dengan nun sukun. Selanjutnya disusunlah pelajaran bacaan “Ghunnah” yang diawali dengan “Nun bertasydid” dengnan asumsi bahwa bacaan sama dengan dengungnya Nun sukun bertemu nun. Demikian pula selanjutnya disusun pelajaran bacaan “Mim bertasydid” dengan asumsi bacaan dengungnya sama dengan Nun bebrtasydid.

6.        AKHIR PENYUSUNAN BUKU METODE QIRAATI
Sebagaimana biasa dalam menyusun pelajaran baru mesti ada sebab yang melatar belakkanginya dan yang menjadi acuannya. Demikian pula susunan pelajaran-pelajaran selanjutnya hingga selesainya metode. Diantaranya adalah bacaan huruf-huruf bertasydid selain huruf Nun dan Mim yang bertasydid. Suatu ketika dalam tadarus Al-Qur’an yang beliau ikuti banyak orang yang membaca salah, terutama dalam membaca “Lam Bertsydid”, yaitu membacanya dengan menahan suara huruf Lamnya. Melihat keadaan ini disusunlah pelajaran “Huruf-huruf Bertasydid” yang harus dibaca tegas dan jelas serta cepat, yang kemudian dirangkaikan dengan pelajaran bacaan “Al Syamsiyyah”.
Suatu ketika ada orang yang salah membacanya : سَاُورِيْكُمْ  dengan memanjangkan bacaan “اُو ’’ nya. Sehingga tersusunlah pelajaran “اُو  yang dibaca pendek, yakni :اُولئِكَ  Adanya pelajaran Mim sukun Bertemu Mim, yang dibaca dengung dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang belum bisa membedakan antara Mim sukun bertemu mim, dengan Mim  sukun bertemu selain huruf Mim dan Ba. Pelajaran ini diansumsikan dengan pelajaran Mim sukun atau Tanwin bertemu dengan Mim.
Adapun pelajaran “Nun Sukun atau Tanwin bertemu Lam dan Ro” dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang membaca dengan menahan bacaan Lamnya. Kemudian pelajaran disusul dengan pelajaran bacaan “Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan Wawu dan Ya” yang dibaca idgham dengan dengung (idgham bilaghunnah). Sedangkan pelajaran Waqaf (berhenti) di akhir ayat dilatarbelakangi oleh banyaknya orang yang salah dalam menghentikan bacaannya, yaitu seolah-olah setiap waqaf atau berhenti dibaca panjang. Pelajaran cara membaca “Lafazh Allah” dilatarbelakangi oleh bacaan yang salah, misalnya رَسُوْلِ اللهِ banyak yang membaca Rosulilloh, dan sebagainya.
Karena ada orang yang membaca Iqlab, yaitu Nun Sukun atau Tanwin bertemu Ba salah, maka beliau menyusun pelajaran “Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan Ba”, yang dirangkaikan dengan pelajaran bacaan “Mim Sukun bertemu Ba”,karena suara bacaan dengungnya sama. Sedangkan pelajaran bacaan “Qalqalah” adalah untuk melatih agar anak-anak dapat membaca Qalqalah denngan fasih dan benar. Akhirnya sampailah pelajaran bacaan “Nun Sukun atau Tanwin bertemu dengan huruf Hamzah atau Alif, Ha, Kho, ‘Ain, Ghain, dan Hha” yang dibaca terang atau jelas dan tegas, sehingga anak-anak mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai dengan Ilmu Tajwid. Semua itu diajarkan langsung dan praktek bacaan yang benar.
Demikianlah semua pelajaran yang telah dapat beliau susun, kemudian dari kertas-kertas yang telah dikumpulkan dari awal penyusunan yang telah dibendel, ternyata terkumpul dan tersusun atas sepuluh buku. Kemudian dari susunan yang awal hingga yang akhir, berdasarkan urutan-urutan penulisan pelajarannya, tiap bendel diberi nomor dari satu hingga nomor sepuluh. Sehingga dengan demikian buku yang beliau tulis ini terdiri dari sepuluh jilid. Dan untuk mempermudah dalam mengajarkannya kepada anak didiknya, maka masing-masing jilidnya disablon dan kemudian dibagikan kepada anak-anak didiknya. Sehingga dalam belajar, masing-nasing anak didiknya memegang satu buku.
7.        NAMA QIRAATI
Demikianlah, buku sablonan sepuluh jilid ini telah dipergunakan oleh anak-anak didiknya dalam belajar membaca Al-Qur’an, namun bukunya sendiri belum mempunyai nama. Kiranya namapun diperlukan agar mudah untuk mengingat dan menyebutnya. Sehingga timbullah keinginan untuk memberi nama buku susunan Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi.
Suatu malam ba’dal isya, beliau berjumpa denngan Ustadz Achmad Djunaidi, kepadanya beliau utarakan keinginan untuk memberi nama buku metode baru itu. Dan oleh Ustadz Aachmad Djunaidi diusulkan untuk diberi nama “QIRAATI” saja. Pada esok harinya (ba’dal subuh), beliau berjumpa dengan Ustadz Syukri Taufiq (guru dari Ustadz Achmad Djunaidi), tanpa menceritakan pertemuan beliau dengan Ustadz Achmad Djunaidi beliau sampaikan maksudnya untuk memberi nama buku temuannya itu. Dan ternyata Ustadz Syukuri Taufiq juga mengusulkan untuk diberi nama yang sama, yakni  “QIRAATI”. Maka beliau pakailah nama QIRAATI untuk bukunya itu. QIRAATI berarti “bacaanku” yang bermakna “inilah bacaanku (bacaan Al-Qur’an) yang benar sesuai kaidah Ilmu Tajwid”.
Pada setiap acara khataman, Bapak H.Dachlan Salim Zarkasyi selalu mengundang para ‘alim ulama (terutama khufadz), untuk khataman yang ke berapa, Bapak H.Dachlan Salim Zarkasyi melontarkan permohonan nama untuk lembaga pengajarannya karena selama itu tidak atau belum punya nama. Kemudian beberapa ‘ulama ahli Al-Qur’an yang hadir mengusulkan beberapa nama, namun tidak ada satupun yang berkenan di hati beliau. Akhirnya seorang ‘ulama yakni K.H. Hilal Sya’ban mengusulkan untuk diberi nama “RAUDHATUL MUJAWWIDIN”, dengan alasan putra-putrinya yang telah di didik oleh Bapak H.Dachlan Salim Zarkasyi telah mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai kaidah ilmu tajwid. Karena tidak bisa menolak, maka diterimalah usulan nama Raudhatul Mujawwidin. Dengan nama ini diharapkan akan timbul cita-cita agar dalam mengajarkan Al-Qur’an tidak hanya asal bisa membaca saja, tetapi agar mengajarkan membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar sesuai dengan kaidah tajwid, dengan tartil beserta pengertian dan pendalamannya, sebagaimana yang telah kita peroleh dari Rasulullah Muhammad SAW.

8.        TASHIH DAN RESTU DARI ‘ULAMA AHLI AL-QUR’AN K.H. MUHAMMAD ARWANI AL-HAFIZH,KUDUS
Sebagai orang salaf, Bapak H. Dachlan Salim Zakarsyi selalu berpegang teguh pada ketawaduan beliau kepada ‘ulama ahli Al-Qur’an yang terdahulu dan yang masih ada. Karena ketawaduannya, beliau merasa takut dan khawatir jika dipersalahkan oleh para ‘ulama karena telah menyalahi pakem dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an, yaitu harus dengan menggunakan Kitab Turutan. Sedangkan beliau telah berani menyusun metode baru yang beliau gunakan dalam mengajar Al-Qur’an. Karena itulah, beliau tidak berani memberitahukan kepada para ‘ulama tentang penemuan itu, bahkan kepada gurunya sendiri beliau tidak berani memberi tahu.
Melihat hasil didikannya Bapak H.Dachlan Salim Zakarsyi, salah seorang wali murid dari anak didiknya yakni H. Dja’far mengajak beliau untuk sowan dan dipertemukan kepada seorang ‘ulama ahli Al-Qur’an di Kudus, yaitu K.H. Muhammad Arwani Al-Hafizh. Dimintanya agar Bapak H.Dachlan Salim Zakarsyi membawa buku Qiraati untuk diperlihatkan kepada K.H. Arwani.
Karena rasa takut kalau-kalau akan mendapat “marah” dari K.H. Arwani, maka beliau hanya tertunduk diam ketika satu persatu bukunya diteliti dan diperhatikan oleh K.H. Arwani. Setelah lama mengamati dengan seksama dari jilid ke jilid hingga sepuluh jilid, K.H. Arwani memberi tanggapan,bahwa maksudnya dengan buku disusun berjilid-jilid itu adalah agar pada diri anak-anak timbul semangat untuk berlomba-lomba dalam belajar membaca Al-Qur’an. Anak-anak saling berlomba-lomba untuk mencapai jilid atau pelajaran yang lebih tinggi. Pada akhirnya, dengan disaksikan oleh H. Dja’far dan K.H. Sya’roni beserta dua putranya K.H. Arwani, dengan penuh kepercayaan memberi restu atas buku Qiraati dengan mengatakan “kondo karo guru-guru ngaji, nek ngajar ngaji nganggo bukumu Qiraati” (bilang sama guru-guru ngaji, kalau mengajar ngaji pakai buku kamu Qiraati) ini perintah dari K.H. Arwani. Inilah tashih dan restu yang telah diberikan atas buku Qiraati dari K.H. Arwanni. Dengan restu tersebut, Bapak H. Dachlan Salim Zakarsyi merasa lega dan bersyukur, kiranya buku “Qiraati” dapat dipergunakan oleh para guru ngaji dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an. Kepada guru beliau, yakni K.H. Turmudzi Taslim AH., beliau sampaikan bahwa buku Qiraati telah di tashih oleh K.H. Arwani. Maka sejak saat itulah buku Qiraati mulai dikenal dan dipakai oleh para guru ngaji di kota Semarang dan sekitarnya.

PERINTIS TK AL-QUR’AN
Sampai dengan awal tahun 1986, Bapak Dachlan Salim Zakarsyi telah berhasil mendidik anak-anak usia 7 tahun ke atas “mampu membaca Al-Qur’an dengan bacaan tartil” dengan menggunakan Metode Qiraati. Pada waktu itulah pelajaran Qiraati dilakukan dengan cara “sorogan”.
Suatu ketika, pada bulan Mei 1986, Bapak H. Dachlan Salim Zarkasyi diajak oleh salah seorang wali murid beliau Bapak Gito untuk silaturrahim ke Pondok Pesantren Al-Qur’an anak-anak usia 4 tahun ke atas “Mambaul Hisan” di Sidayu Gresik. Setelah menyaksikan sendiri, beliau merasa prihatin kepada anak-anak kecil yang sudah terpisah dengan kedua orang tuanya, padahal se usia tersebut masih membutuhkan kasih sayang atas kedua orang tuanya. Selain itu, dalam bacaan Al-Qur’annya masih kurang tartil sebagaimana yang diharapkan. Namun, dari hasil kunjungan beliau ke Sidayu itu, dapatlah disimpulkan, bahwa anak-anak usia balita mampu untuk diajarkan membaca Al-Qur’an.
Sepulang dari Sidayu, selama sebulan di bulan Ramadhan, Bapak H. Dachlan Salim Zakarsyi menyusun kembali buku Qiraati untuk anak usia TK (4-6 tahun), yang diambilkan dari Qiraati sepuluh jilid. Kemudian dibukalah Pendidikan Al-Qur’an untuk anak-anak usia 4-6 tahun pada tanggal 1 Juli 1986. Sistem pengajarannya lebih baik dari yang ada di Sidayu, serta anak-anaknya tidak perlu “mondok”, karena tidak mondok dan yang belajar adalah anak-anak usia TK itulah, maka masyarakat memberi nama sekolah “TK Al-Qur’an”. Dengan demikian TK Al-Qur’an RAUDHATUL MUJAWWIDIN adalah TK Al-Qur’an yang pertama kali di Indonesia.
Sebetulnya, awal berdirinya TK Al-Qur’an ini merupakan suatu uji coba, mungkinkah anak usia 4-6 tahun dapat diajarkan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan Metode Qiraati, dengan masa belajar  satu jam ( dari pukul 16.00 – 17.00) setiap hari. Pada hari pertama pembukaan jumlah muridnya hanya ada 26b orang anak, dan tempat pendidikannya sementara meminjam rumah orang. Setelah berjalan tiga bulan, jumlah muridnya mencapai 70 orang anak.
Karena hanya satu percobaan, maka pendidikan direncanakan hanya empat tahun khatam Al-Qur’an 30 juz. Namun ternyata baru berjalan tujuh bulan anak-anak sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil. Sehingga target empat tahun ternyata hanya ditempuh dalam waktu dua tahun saja, tepatnya pada tanggal 1 juli 1988 TK Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin telah mengkhatamkan untuk yang pertama kalinya sebanyak 20 siswa (yakni khatam denngan bacaan tartil dan bacaan gharibnya).

Friday, December 16, 2011

MASALAH YANG MENJADI PENYEBAB PENYAKIT


BEBERAPA MASALAH YANG MENJADI PENYEBAB PENYAKIT

v MASALAH ROHANI
Peradaban manusia pada saat ini sering mengalami lompatan dimensi pada berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang sangat cepat dan mengejutkan dipacu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat cepat pada rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata berdampak kepada ketidak utuhan sisi kemanusiaan; hal ini timbul karena sisi kemausiaan sering diabaikan. Manusia diperlakukan sebagai hewan atau benda mati. Terbangkalainya sisi kemanusiaan dapat kita lihat pada fenomena kehidupan masyarakat di pedesaan sampai di perkotaan. Gaya hidup konsumeristik dan materialistik sudah mulai melanda masyarakat kita (khususnya muslimun).
Gejolak perubahan tatanan kemanusiaan yang timpang tidak terlepas dari proses pengubahan yang tidak memperhatikan secara utuh kondisi manusia. Perubahan yang hanya tertuju pada satu sisi saja akan berakibat ketidak stabilan.
Gencarnya pemberitaan media massa mengenai kasus kenakalan remaja; tawuran, penyalah gunaan obat-obatan dan narkotika, penyimpangan seksual, menunjukkan peningkatan kuantitas dan kualitasnya. Pokok berita lain yang mengusap masalah korupsi,  kolusi di kalangan pejabat rendah sampai tinggisudah seperti makanan sehari-hari. Belum lagi yang sekarang disinyalit sebagai PEKAT (Penyakit Masyarakat) telah menjadi hal yang biasa. Arus kerusakan umat manusia menyeret kaum muslimin pada kondisi ketidakberdayaan, putus asa, pesimistis dan rendah kepercayaan diri.

Berawal dari pengamatan kondisi masyarakat khususnya kaum muslimin. Ada satu hal yang menarik yang semestinya dari awal sudah disadari yakni ketidakutuhan dan ketidakseimbangan pembinaan pribadi (khususnya muslim). Marilah kita simak firman Allah  SWT, yang tercantum dalam surat Ar-Rahman ayat 7 sampai 9, yang artinya
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan); supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu, dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”.
Allah SWT memberi petunjuk agar neraca keseimbangan diterapkan dalam kehidupan kita. Pada kronologisnya penciptaan nabi Adam AS, kita mendapatkan gambaran jelas bagaimanakah manusia itu. Bercermin dari prosesnya, kita dapat membagi manusia menjadi 3 unsur utama, yaitu; unsur akal, unsur roh, dan unsur jasad. Ketiga unsur ini tidak bisa terpisahkan, sebab ketidak utuhan akan berakibat hilangnya sisi kemanusiaan.
Ketiga unsur tersebut memerlukan perlakuan yang berbeda dalam pemenuhan kebutuhannya. Bila diibaratkan makanan, maka masing-masing unsur itu memerlukan jenis makanan yang berbeda. Ilmu porsinya untuk akal (intelektual), makanan yang cocok untuk roh adalah iman, taqwa, taqarrub kepada Allah, sedangkan jasad harus diberi makanan yang bergizi seperti nasi, sayuran, dan buah-buahan dsb.
Bila kita mengamati jenis penyakit yang ada sekarang, menunjukkan gejala peningkatan pada jenis penyakit tertentu seperti jantung, darah tinggi, magh, liver, stress dll. Perawatan dan pengobatan secara medis banyak yang tidak berhasil. Jika dianalisa lebih teliti lagi kondisi pasien, ternyata penyebab utama adalah masalah kejiwaan (psikis).
Al – Islam sebagai Ad-dininul Syamil Wa Kamil (sistem hidup yang menyeluruh dan sempurna) sangat memperhatikan kondisi manusia. Allah SWT menunjukkan gambaran jelas pada diri Rosulullah SAW, beliau diutus untuk menjelaskan seluruh umat manusia bagaimana seharusnya menjadi manusia yang mempunyai kepercayaan diri. Pembinaan yang terpenting adalah rohaninya dengan ajaran islam yang mengarahkan manusia untuk memahami hakekat dirinya. Rohani yang mantap akan tampak pada kualitas hidupnya. Mengapa faktor ini penting? Sebab rohani berfungsi sebagai pusat aktifitas diri kita. Hal ini bisa dibandingkan dengan mayat yang secara fisik sama keadaannya dengan yang masih hidup, namun mayat tidak berbuat apapun, walaupun hanya mengedipkan mata, ia tidak bisa bergerak karena rohaninya sudah lepas.
Di atas telah diuraikan faktor pertama penyebab timbulnya penyakit, pada uraian berikut akan dibahas penyebab lain yaitu maksiat kepada Allah.
Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 44 yang artinya:
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukaan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,maka ketika itu mereka terdiam dengan berputus asa”.
Penyakit-penyakit saat ini terkesan aneh dan menyeramkan, yang sebelumnya mungkin pernah dikenal, obat penangkalnya belum ditemukan meskipun riset telah mennghabiskan milyaran rupiah. Contoh nyata HIV/AID yang sudah menyebar ke seluruh dunia dalam waktu yang singkat. Belum lagi virus lain di beberapa belahan dunia sampai sekarang sudah disinyalir oleh Rosulullah: “Apabila suatu kaum berbuat perzinaan sampai mereka melakukan secara terang-terangan, mereka akan diserang penyakit yang belum pernah mereka alami oleh nenek moyang mereka”.
Kita bisa mengambil hikmah dari Hadits di atas yang menerangkan penyebab lain dari penyakit adalah kemaksiatan kepada Allah. Melanggar tata aturan yang memagari perbuatan manusia maka konsekuensinya Allah telah menurunkan kompensasinya berupa penyakit yang sulit disembuhkan. Apabila kesenangan dunia sudah menjadi tujuan hidup manusia, kebebasan diartikan bebas nilai tak terkendali. Manusia berpenyakit dari waktu ke waktu semakin meningkat, padahal dari segi intelektual dan materi sangat berlebihan. Tentu kita harus introspeksi dari sisi pandanganya bisa berbeda.
1.      Bagi ahli ibadah, penyakit berarti pengmpunan dosa dan ujian.
2.      Bagi ahli maksiat, penyakit adalah adzab.

v MASALAH JASMANI
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kita. Karena itu, banyak orang berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kesehatan. Karena kita akan merasakan pentingnya kesehatan setelah kita merasakan sakit. Kalau sudah demikian kita tidak akan memandang uang sebagai sesuatu yang berharga. Berapapun biaya yang kita keluarkan untuk mengobati, akan selalu diusahakan. Begitu mahalnya harga sebuah kesehatan.
Tindakan pencegahan adalah lebih baik daripada mengobati. Hal ini benar adanya, karena disamping faktor materi, kita akan merasa betapa nikmatnya sehat. Untuk itu kita harus tahu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan. Secara umum dapat kita fahami dari kalimat dibawah ini:
                                                                                                                                    
LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan. Karena sudah pasti kita hidup dalam suatu kawasan atau lingkungan. Lingkungan yang sehat akan membawa kita kepada hidup sehat. Dan kebersihan merupakan suatu yang mutlak untuk menjadikan lingkungan sehat. Adapun faktor-faktor pendukung yang membuat lingkungan menjadi sehat antara lain: kebersihan pribadi, penyaluran air bersih  dan penyaluran air limbah, dan lain-lain.
PERILAKU
Untuk mendapatkan lingkungan yang sehat, ditentukan pula oleh perilaku atau kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Tentu saja yang sangat berhubungan dengan kesehatan. Karena kebiasaan sesseorang akan mempengaruhi kesehatannya. Seperti: kebiasaan makan dan minum, kebiasaan tidur, berolahraga, dan lain-lain.
KETURUNAN
Keturunan juga dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Karena ada beberapa penyakit yang memang diturunkan dari seseorang kepada keturunannya. Seperti: penyakit hipertensi (darah tinggi), dapat timbul karena keturunan dari orang tua. Atau seseorang bisa saja mengidap penyakit diabetes mellitus (kencing manis) karena ibunya memiliki penyakit yang sama.
PELAYANAN KESEHATAN
Usaha- usaha yang mengarah pada tindakan pemeliharaan kesehatan sangat berpengaruh dalam dunia kesehatan. Seseorang berusaha untuk menjaga kesehatan tentu akan lebih berat dibandingkan orang yang acuh terhadap kesehatan. Tindakan pelayanan kesehatan yang selalu dilakukan adalah: tindakan preventif (usaha pencegahan), tindakan kuratif (usaha pengobatan), tindakan promotif (usaha penyuluhan), tindakan rehabilitatif (usaha pemulihan kesehatan).

v HAL-HAL YANG MENYEBABKAN PENYAKIT
Agar kita kita tidak terjangkit oleh penyakit, maka kita harus faham akan penyakit, dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit. Adapun hal-hal yang menyebabkan timbulnya penyakit antara lain:
1.  Kuman; seperti: bakteri, virus, jamur, dan parasit.
2.  Ruda paksa; merupakan penyebab penyakit yang datangnya dari luar tubuh, dan tidak dapat ditahan oleh pribadi seseorang. Ruda paksa dapat dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:
a.       Faktor psikis; seseorang dapat mengalami penyakit karena gangguan kejiwaan pada dirinya.
b.      Faktor fisik; seseorang dapat pula mengalami penyakit karena adanya pengaruh fisik dari luar yang tidak dapat ditahan oleh tubuhnya. Seperti benturan benda tajam atau tumpul, terbakar oleh api, sengatan listrik, zat kimia, dan lain-lain.
3.  Proses penuaan; seseorang yang berusia lanjut akan mudah terserang penyakit dan timbul berbagai macam penyakit, karena proses penuaan. Seperti rematik dan lain-lain.
4.  Proses kaganasan; diakibatkan oleh sesuatu yang cepat berkembang dan dapat mengakibatkan kematian. Misalnya penyakit kanker.
5.  Penyakit bawaan; yaitu penyakit yang asalnya dari bawaan orang tua atau keturunan. Seperti penyakit kencing manis.

Thursday, December 15, 2011

CARA MEMPERBAIKI LAMPU HEMAT ENERGI















         Punya lampu noen hemat energi yang telah mati ? Jangan buang dulu karena pada artikel kali ini sobatpc.com akan sharing bagaimana memperbaiki sekaligus mengganti neon jari dengan neon tabung. Memang harga lampu hemat energi harganya tidak terlalu mahal, tetapi dengan mencoba memperbaiki sendiri lampu hemat energi, selain bisa menghemat, tentunya dengan memperbaiki lampu hemat energi ini kita bisa mendapatkan tambahan ilmu. Nah, bagaimana cara memperbaiki lampu hemat energi ini ? Silahkan baca terus artikel berikut.
Persiapan Alat Service Lampu Hemat Energi :
1.      Obeng Minus : untuk mencongkel casing lampu
2.      Solder.
3.      Timah / tenol
4.      Multitester / AVO Meter
5.      Kabel secukupnya.

Cara Service Lampu Hemat Energi :

1.      Buka Casing Lampu Hemat Energi dengan mencongkelnya menggunakan obeng.
2.      Lepas Neon dari rangkaiannya, kemudian test neon dengan menggunakan Multitester. Ada dua kutub pada neon, ukur masing-masing dengan menggunakan batas ukur OHM Meter x1. Kalau neon masih bagus maka masing-masing jika diukur akan menunjukkan angka sekitar 2-8 ohm. Kalau salah satu kutub / ujung  ada yang putus / tidak menunjukkan angka maka berarti neon sudah rusak / putus. Cara mengakali jika neonnya yang putus silahkan baca di bagian bawah.
3.      Kalau neonnya bagus, berarti kerusakan ada di rangkaiannya.

Berikut ini beberapa komponen di rangkaian Lampu Hemat energi yang perlu di cek dan diganti kalau rusak :
1.      Elco Filter setelah dioda bridge, biasanya melembung, ganti dengan elco 10uF / 350-400 volt
2.      Resistor 2,2 – 10 ohm 2 buah ( yang terhubung ke kaki emitor transistor )
3.      Resistor 15 – 20 ohm 2 buah ( yang terhubung ke kaki basis transistor )
4.      Transistor type MJE 13003 : 2 buah
5.      Bila semua komponen itu bagus dan lampu masih mati, ganti saja kondensator tantalum 3,9nF – 4nF/1200volt, walaupun kelihatan tidak rusak. kondensator tersebut berfungsi sebagai starter lampu. (kondensator ini langsung terhubung ke salah satu kutub neon.

Jika Neonnya yang rusak, dan rangkaian Lampu Hemat Energi nya masih OK berikut ini triknya :

1.      Siapkan Neon biasa merk Philips 10-15 watt (harga 6-8 rb) untuk pengganti neon yang rusak.
2.      Hubungkan kedua kutub neon dengan rangkaian.


CARA MENANAM BAWANG MERAH

             Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K – 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.


A. PRA TANAM 

1. Syarat Tumbuh

Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 – 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25-320 C



2. Pengolahan Tanah

Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2

Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. ‘



3. Pupuk Dasar

Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.

Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.



Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 10 botol/1000 m2 dengan cara :

- alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.

- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan.
Biarkan selama 5 – 7 hari



4. Pemilihan Bibit

- Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.

- Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
- Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)



B. FASE TANAM

1. Jarak Tanam

Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron



2. Cara Tanam

Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air )

Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA
Simpan selama 2 hari sebelum tanam
Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.



C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 – 10 HST )

1. Pengamatan Hama

Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.



Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI.


Ulat tanah
Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.

Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO.



2. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang



Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).


3. Pemupukan pemeliharaan/susulan

Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.



Pemupukan dilakukan 2 kali 

( dosis per 1000 m2 ) :

- 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl
- 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl
Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.



4. Pengairan

Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %

Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah
Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman



D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )

1. Pengamatan Hama dan Penyakit

Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua
Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.



Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO.


Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO.


Penyakit oleh virus.

- Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.



Busuk umbi oleh bakteri.

- Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.

- Busuk umbi/ leher batang oleh jamur.
- Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
- Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.



2. Pengelolaan Tanaman

- Penyiangan kedua dilakukan pada umur

30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.



- Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA).

- Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.



E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 – 50HST )

Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.



F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )

Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.


G. PANEN DAN PACA PANEN

1. Panen
> 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 – 90 hari.
> Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
> Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong)

2. Pasca Panen
- Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
- Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.


(Dari berbagai sumber)
Diposkan oleh Desa Pengaringan http://www.blogger.com/img/icon18_email.gif